Keutaman Waktu Sahur

Salah satu sunnah dari ibadah puasa adalah makan sahur. Rasulullah SAW bersabda, bahwa makan sahur membawa keberkahan. Makan sahur pada saat dini hari merupakan sesuatu yang berat dan sulit, terutama bagi yang tidak atau belum terbiasa untuk melakukannya. Biasanya dialami oleh pemula ibadah puasa, seperti anak-anak dan para muallaf. Bagi yang sudah rutin melakukan ibadah puasa, kadang-kadang akan merasakan hal yang sama.

Makan sahur di bulan Ramadhan merupakan sarana pelatihan untuk membiasakan dalam melakukan hal-hal yang positif. Salah satunya adalah disiplin waktu. Kita dibiasakan untuk mengakhirkan makan sahur saat waktu masuk waktu Imsak. Tidak ada istilah jam karet saat tiba waktu Imsak. Disiplin waktu adalah salah satu kunci sukses. Penting dan berharganya waktu ditunjukkan Allah SWT dengan menggunakan beberapa istilah waktu, dalam sumpah-Nya di beberapa ayat Al-Qur’an. Sedangkan orang bijak mengatakan, waktu ibarat pedang, jika kita tidak memotongnya, niscaya pedang itu yang akan memotong kita.

Bangun tidur untuk makan sahur juga membiasakan untuk bangun tidur di akhir malam. Keutamaan akhir malam tergambar jelas pada salah satu firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, pada saat sepertiga malam terakhir bagi siapa yang bermunajat kepada-Nya akan dipenuhi; yang memohon ampun akan diampuni, yang berdoa akan dikabulkan. Kesempatan berharga yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk. Banyak yang lalai saat waktu sahur tiba, sehingga waktu tersebut berlalu begitu saja tanpa makna.

Makan sahur di bulan Ramadhan akan membiasakan diri kita untuk bangun di akhir malam. Sebelum makan sahur, bisa beristighfar dan bermunajat kepada Allah SWT, setelah didahului dengan qiyamul lail. Di luar Ramadhan, bangun di akhir malam akan menjadi sesuatu yang rutin. Ber-qiyamul lail dengan mendirikan sholat tahajud menjadi sesuatu yang rutin dan tidak sulit untuk dilakukan. ” Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. ” (QS Al-Israa’ [17]: 79)

Janji Allah SWT di atas dan hadis Qudsi tentang keutamaan sepertiga malam terakhir, memberikan dorongan ruhiyah yang luar biasa untuk bangun di akhir malam di saat kebanyakan orang tertidur lelap atau tidak tidur, namun melakukan hal-hal yang tidak diridhoi-Nya. Suami dan isteri saling membangunkan untuk sholat tahajud bersama merupakan suatu keniscayaan yang akan memberikan keberkahan dalam suatu keluarga. Tetesan air mata di keheningan malam saat sholat tahajud, beristighfar dan bermunajat kepada-Nya akan membukakan pintu ampunan, rahmat dan ridho-Nya. Jika banyak keluarga yang dikarunia hal-hal demikian maka akan terbentuk tatanan masyarakat yang diridhoi-Nya pula. Sehingga, pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi akan selalu dibukakan-Nya untuk penduduk negeri.

Sasaran utama puasa Ramadhan adalah meningkatkan derajat taqwa. Salah satu karakter insan yang taqwa adalah istighfar di waktu sahur. ” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. ” (QS Ali Imran [3]: 17). Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita, sehingga kita bisa selalu bangun di waktu sahur di sepertiga malam terakhir. Kita lalui setiap malam dengan sholat tahajud. Juga melaksanakan secara rutin puasa sunnah, yaitu enam hari di bulan Syawal, hari Senin-Kamis, tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14 dan 15 bulan qomariyah), tanggal 9 Dzulhijjah dan tanggal 10 Muharram. Dengan demikian, nuansa ruhiyah Ramadhan tetap terjaga dan terpelihara sepanjang tahun.
source:http://eramuslim.com by Sigit I